Sunday, August 23, 2020

Wahyu Pertama

Inspirasi Cerita dari Hadits Bukhori nomor 3.


Ketika Rasuulullah SAW berusia 4O tahun datang kepada beliau tanda-tanda kenabian dari Allah SWT. 


Diawali dengan mimpi yang benar, mimpi yang nyata, menjadi kenyataan.

Seiring dengan sering datangnya mimpi yang didalam agama di sebut dengan Arru’yah Ashshoodiqoh, mendorong beliau untuk lebih taqarrub kepada Allah SWT, lebih sering menjauhi keramaian, lebih sering beribadah siang malam kepada Allah disuatu tempat yang jauh dari keramaian, tempat yang sunyi, gua Hira. Beliau menyendiri di sana beribadah untuk periode beberapa malam dengan membawa perbekalan dari rumah. 


Ketika perbekalan habis beliau kembali kerumah untuk mengambil bekal dan selanjutnya kembali beribadah dalam kesunyian di gua Hira.


Sehingga ketika bulan Ramadhan, yang mashur, ketika tanggal 17 Ramadhan malaikat jibril mendatangi beliau.


Sebenarnya sebagai manusia biasa beliau terkagetkan akan peristiwa yang tidak biasa itu, sehingga membuat beliau merasa kedinginan dan menggigil.


Malaikat pun mendatangi Rasulullah SAW dan memintanya membaca, “Bacalah.” 

Rasulullah menjawab, “Aku tak dapat membaca.” 


Rasulullah SAW bercerita, “Malaikat pun memegang, memeluk, lalu melepaskanku, dan memintaku membaca kembali, “Bacalah.” 

“Aku tak dapat membaca,” jawab Rasulullah SAW. 


“Malaikat pun memegang, memeluk, lalu melepaskanku, dan memintaku membaca kembali untuk yang kedua kali, “Bacalah.” 

“Aku tak dapat membaca,” jawab Rasulullah SAW. 


“Malaikat pun kembali memegang, memeluk, lalu melepaskanku, dan memintaku membaca kembali untuk yang ketiga kali, “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, Tuhanmu itu Maha Mulya (QS Al-‘Alaq; 1-3).”


إقرأ باسم ربك الذي خاق # خلق الإنسان من علق # إقرأ وربك الأكرم


Rasulullah saw. kembali kerumah, kepada ibu khadijah isteri beliau, Beliau meminta diselimuti, “Selimuti aku, selimuti aku.” 


Rasulullah SAW pun diselimuti hingga rasa takutnya hilang. 


Beliau menceritakan kepada ibu Khadijah mengenai kejadian di gua Hira itu, 


“Khadijah, aku takut terhadap diriku.” 


“Tidak apa-apa suamiku, Demi Allah, Allah tak akan menghinakanmu selamanya. Engkau itu pribadi yang suka silaturrahim, menanggung orang yang punya kesulitan, membuat orang fakir memiliki profesi, melayani tamu, dan membantu dalam kebaikan”.  

Demikian nasihat ibu khadijah kepada Rasuulullah SAW.


Setelah beberapa saat berikutnya ibu Khadijah pergi bersama Nabi SAW menemui Waraqah bin Naufal bin Asad bin Abdil‘uzza, sepupuh ibu Khadijah, yang beragama Nasrani pada masa Jahiliyah. 


Ia pandai menulis buku berbahasa Ibrani. Ia juga menulis kitab Injil dalam bahasa Ibrani dengan izin Allah. 


Saat (dikunjungi) itu ia sudah tua renta dan buta. 


“Sepupuku, coba dengarkan cerita ponakanmu ini,” kata ibu Khadijah kepada Waraqah mengenai Rasulullah SAW.


Waraqah bertanya pada Rasulullah SAW, “Ponakanku, apa yang kamu alami?” 


Rasulullah SAW pun menjelaskan kejadian saat di gua Hira. 


“Ini adalah Namus yang Allah turunkan pada Nabi Musa. Seandainya saja aku masih muda dan masih hidup saat kaummu mengusirmu,” jelas Waraqah pada Rasulullah SAW.


“Apakah aku akan diusir oleh mereka?” tanya Nabi SAW kepada Waraqah. “Iya, karena tidak ada satu orang pun yang datang dengan membawa seperti apa yang kamu bawa ini kecuali akan disakiti. Seandainya aku ada saat kejadian itu, pasti aku akan menolongmu semampuku”. 


Waraqah tidak mengalami peristiwa yang diyakininya tersebut karena lebih dahulu meninggal dunia pada masa fatrah/kekosongan wahyu.


Pada kali berikutnya ketika Nabi Muhammad Saw dalam perjalanan kembali dari Gua Hira, wahyu yang kedua datang. 

Saat itu ketika sedang berjalan beliau mendengar suara dari langit, beliau lalu memandang ke arahnya dan ternyata Malaikat yang pernah datang kepadanya di gua Hiro, duduk di atas kursi antara langit dan bumi.


Karena ketakutan, akhirnya Rasul SAW pun bergegas pulang, dan berkata kepada Khadijah,”Selimuti aku. Selimuti aku”.


Maka Allah Swt menurunkan wahyu, “Wahai orang yang berselimut, sampai firman Allah, dan berhala-berhala tinggalkanlah.” 


يايها المدثر قم فأنذ وربك فكبر و ثيابك فطهر والرجز فاهجر


Sejak saat itu wahyu terus turun berkesinambungan.

Wednesday, August 5, 2020

Terbang ke Banyuwangi 050820

Hari ini, pagi ini terlalu pagi saya tiba di bandara Internasional Cengkareng.
02:30 sudah tiba, padahal pesawat take off jam 11:30.
Ada yang lucu,ada yang kurang lucu.
Travel yang di booking berfikir lebih baik ada spare waktu dari pada terlalu mepet.
Saya percaya,sebab saya berfikir zaman covid19, tentu akan panjang prosedur yang harus di jalani.

Jam 21:45 tanggal 4 Agustus saya dijemput dari Garut.
Saya percaya sebab memang hitungan Garut Cengkareng itu kurang lebih 5 sd 6 jam perjalanan, ditmbah dengan keraguan kelancaran proses check in di masabpandemi saat ini.

Hari Kamis sebelumnya saya sudah menjalani rapid test, mumpung lagi medical check up oleh perusahaan. Apalagi rapid test balid sd 14 hari. Dan saya sudah mempunyai surat rapid test, yang menyatakan bahwa saya non reaktif covid19.

Jalan tol cileunyi tepat di rest area kami janjian dengan tekan yang lain.
Janjian jam 01:00 pagi.
Tetapi rupanya sebelum jam 12 malam kami sudah disana, kami, saya yg dari Garut beserta supir travel. Satu jam lebih terlalu cepat dari waktu yang sudah di janjikan.

Ya akhirnya jam 12 malam mobil meluncur ke Bandara, dan tepat pukul 02:39 kami tiba di terminal 3 gate 3.

Segera masuk dan segera revalidasi surat keterangan non reaktif covid dari klinik.
Isi data eHAC di aplikasi tilpon genggam.
Segera check in agar lebih mudah kedepannya.

Setelah check in segera memasuki ruang tunggu dan standby di pintu 12.

Ya masih sembilan jam lagi kami harus menjnggu disini, di ruang ini.

Lucu ya tapi tidak lucu.
Ada partner yang setengah gondok, saya pun setengah-setengah. 

Cengkareng 050820


Mata Batin

Mata batin atau Bashirah Mata atau penglihatan bukan hanya mata atau penglihatan secara lahiriyah tetapi ada mata atau penglihatan batiniyah...