Dulu tidak sebesar Dan sebagus ini, sekarang sebagus Dan sebesar ini.
Saya tumbuh, belajar, bergaul Dari kecil di masjid ini.
Dahulu ketika masjid ini masih kecil Dan belum sebagus ini.
Peninggalan Yai Dahlan, lalu di renovasi masyarakat sehingga sebesar Dan sebagus ini.
Yai Dahlan kakek saya, saya tidak pernah tahu seperti apa beliau, saya lahir beliau sudah tidak Ada.
Dipinggir Jalan Brigjend Katamso tidak jauh Dari kantor kecamatan Waru di ujung seberang pintu keluar pt Hanil Jaya, pabrik baja.
Pagi ini setelah sholat subuh alhamdulillah sempat bertemu dengan sebagian orang yang dulu bersama sering menghabiskan waktu malam ramadhan dengan tadarus, atau darusan kata masyarakat desa Janti.
Sebagian lagi sudah tidak menempati dunia fana sebagian Ada yang hijrah ke daerah lain
Kegembiraan, kebahagiaan nostalgia setelah luama tidak berjumpa, Karena saya telah hijrah.
Sudah sejak 2 Hari yang lalu saya berkunjung ke tanah kelahiran saya, desa Janti kecamatan Waru kabupaten Sidoarjo.
Cak Jaelani, saya, Cak Tolqi Dan Cak Hasyim yang semakin njemblung perutnya, yang mengambil foto adik saya Abdullah Dawam, yang wajah Dan suaranya seperti saya.
Saya berani mengatakan kalau adik saya, wajahnya mirip saya pun suaranya ya Dari orang lain.
Pagi ini Cak Bagong, di masjid terbengong melihat saya. Cak Bagong bukan orang asli Janti, atau bukan orang Janti ketika saya masih hidup di Janti, jadi maklum kalau dia tidak kenal saya.
Dia bengong melihat saya, saya panggil " he sini biar gak bengong Kita salaman" saya nanya lagi " Ada apa" dia bilang, sampean Cak Dawam? Saya cuma ketawa.
Setelah subuh dia cross-check ke adik saya, Karena adik saya juga nongol di masjid, dia bilang " orang yang di Sana iku mirip sampean" Dawam adik saya njawab, itu kakak saya 😀😀😀.
Dia terkecoh. Padahal adik saya lebih gendut Dari saya, tidak selangsing saya, kok bisa orang terkecoh.
Setelah subuh sempat berbincang-bincang, ternyata sudah banyak yang meninggalkan desa Janti, meninggalkan tidak akan pernah datang kembali, tidak seperti saya yang saat ini masih bisa datang silaturrohim lagi.
Mereka meninggalkan desa Janti Dan dunia ini sehingga tidak kembali lagi. Cak Pi i, Cak Sabar, Samsul dll masih banyak lagi.
Bisa jadi sepuluh tahun lagi kalau saya masih panjang umur, kalau saya sambangi kampung saya, sudah hanya keluarga saya yang masih kenal, yang lain ya tidak tahu, apa masih kenal apa tidak kenal sama sekali.
Seperti biasa di Janti, setelah solat mereka wiridan barengan dipimpin imam Dan di doakan oleh imam, pagi ini Cak Jaelani imamnya.
Buat saya, benar-benar nostalgia yang sangat berarti, saya tumbuh disini, belajar disini dulu sekali.
Desa Janti
No comments:
Post a Comment