Monday, January 6, 2020

Warung Wong Cilik

Ceritanya beberapa atau tiga bulan yang lalu. 

Karena ngantuk akhirnya mampir di rest area, gak usah di sebut ya takut kena UU ITE. 
Waktu itu perjalanan arah ke Bandung dari Cikampek.
Istirahat sejenak sambil ngopi dan makan mi rebus.
Setelah selesai dan cukup segar, nanya ke ibu penjual, berapa bu? pas di jawab berapanya, membuat saya mikir, kok larang ya.
Saya coba kros chek, mi berapa bu sepiring.
"20 ribu pak sewa tempatnya mahal".

Ya tetap saya bayar sambil mikir, kok larang temen ya, mi yang sama-sama kita tahu berapa harga sebungkusnya di luar sana, di tempat ini hanya di tambah dua lembar daun sawi jadi 20 rebu, kopi saset yang juga kita tahu berapa harganya di luar sana, di tempat ini jadi 10 rebu.

Saya memilih warung itu karena disainnya/gayanya seperti warung wong cilik, di pinggir-pinggir jalan, ya karena banyaklah pertimbangan, pas mbayar kok bikin njingkat.

Semalam saya masuk rest area lagi, perjalanan arah Bandung dari Cikampek.

Rest area yang lain.

Coba masuk rumah makan yang keren, ada mi gosongnya 🤭🤭🤭, mi arang kata penjualnya.

Di buburi/di awuri/di taburi potongan ayam, ada daun sawinya ada sambel balinya.

Pelayan keren, pake android waktu menulis pesanan, pelayannya dandanannya keren, ruangan ber AC, bersih rapih bisa nonton tipi. 
Sebelum pesanan datang sudah di kasih lembar kertas, tertulis harga 35 ribu mi gosong hehe 😀😀😀 semangkuk, jelas dan transparan.

Boleh di bayar sekarang atau namti pak.

Ok nanti aja sesudah makan, makasih ya.

Semalam dadi mikir, kok yang keren bersih rapih lebih jujur dan transparan dari pada yang terkesan warung wong cilik ya?

Artinya kalau merasa kemahalan kan bisa di kensel, soalnya di kasih tahu dulu harganya dengan pelayanan yang ramah dan sopan.

Sedang di tempat yang sebelumnya dengan pelayanan seadanya, dengan makanan yang sama-sama di ketahui harga di luar sana, mbayarnya pas sudah di makan, bikin njingkat harganya.

Saturday, January 4, 2020

Tahun Baru 2020

Pergantian tahun 2019 ke tahun 2020.
Seperti sudah lazim di masyarakat kita bahwa petgantian tahun selalu identik dengan pesta perayaan pergantian tahun.
Sepertunya sesuatu yang sangat sulit di hindarkan, mau tidak mau kita akan tetbawa dengan tradisi peringatan tersebut 

Jadi teringat lima tahunan yang lalu, ketika bertemu dengan bonek asal Banyuwangi yang sekarang sudah berpaspor Australia.
Menurut dia bahwa bangsa kita ini kafang lebih bule dari orang bule.

Kata dia, yang sekarang sudah tinggal di negara bule. Di tempat dia peringatan tahun baru itu hanya di kota-kota besar, dan itu yang di siarkan oleh tivi Indonesia, seakan disana ya seperti itu pesta pergantian tahun.

Coba lihat di negeri kita kadang sampai tingkat RT memperingati pergantian tahun tersebut.
Sehingga mau tidak mau kita akan terimbas atau paling tidak anak kita, generus kita akan trrbawa budaya itu.

Makanya kadang kita ini lebih bule dari orang bule, kata dia.

Di Australi dia tinggal di kota kecil, disana petgantian tahun ya biasa saja, tidak semeriah kita di Indonesia.

Ya memang seperti itu keadaan yang ada.

Sehingga bagi sebagian orang yang masih konsen terhadap akhlaq, agama dan budi pekerti generus, akan juga mengkhawatirkan hal itu.

Sehingga sebagian masyarakat justru mengalihkan generusnya ke acara positif yang lainnya pada malam pergantianbtahun tersebut.

Ada yang mengisinya dengan pengajian akhit tahun.
Pergantian tahun masehi ini di isi dengan hal positif, agar generus bisa teralihkan dari pengaruh negatif yang sudah jamak terjadi dengan pesta miras dan dugem.

Kali inipun saya ikut bergabung dengan rekan-rekan SAKO SPN Gudep Garut.

Hampir empat ratusan remaja putra dan putri di kumpulkan dalam acara TAFAKUR.
Diisi dengan acara pengajian dan kegiatan kepramukaanbyang sangat bermanfaat.

Full mulai jam 13:00 tanggal 31 Desembet 2019 sampai dengan tanggal 1 Januari 2020 pukul 14:00 acara penutupan dengan doa yang di bacakan oleh Alustad O Op Obidin dari Garut.

Pagi hari mulai jam 06:00 para anggota Pramuka SAKO SPN Garut di kerahkan  didalam acara Baksoso bersih-bersih lapangan alun-alun kecamatan Bayongbong dari berbagai macam sampah sisa acara yang juga di gelar disana pada waktu malam pergantian tahun.

Selanjutnya acara sarapan bersama yang kemudian di lanjut materi PMA yang di pimpin oleh Kak Edi Rahman dari Suci Garut.

Sangat menarik dalam acara PMA tersebut, karena peserta benar-benar di bangkitkan emosinya untuk belajar mengontrolnya.

Well,saya sebagai generasi tua, sangat tetharu dan bangga kepada semua panitia yang sebagian besar  adalah para remaja itu sendiri 

Well done sukses selalu, semoga kalian benar-benar jadi generasi alim faqih mandiri.

جزاكم الله خيرا



Mata Batin

Mata batin atau Bashirah Mata atau penglihatan bukan hanya mata atau penglihatan secara lahiriyah tetapi ada mata atau penglihatan batiniyah...