Ada pertanyaan iseng yang terlontar, bisakah kita menghitung nikmat Allah kepada kita?
Mendengar pertanyaan itu ya singkat saja saya jawab tidak akan pernah bisa.
Sebab Allah sebagai dzat yang memberi nikmat sudah menginformasikan kepada kita,
وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا إِنَّ اللَّهَ لَغَفُورٌ رَحِيمٌ
Didalam surat An Nahl ayat 18.
Ya sudah, Dia sudah menyatakan begitu saya sih percaya saja.
Toh kalau kita coba dengan segenap kemampuan kita tentu kita tidak akan bisa menghitung, coba nikmat yang kita terima dalam 10 menit tadi misalnya, nikmat darah mengalir, nikmat mata berkedip dan masih banyak sekali yang kita tidak mampu menyebut.
Tugas kita sebagai hamba bukan untuk menghitung nikmat-nikmat itu, tapi tugas kita adalah menyadari dan mensyukuri nikmat yang Allah berikan itu.
Pertama, Hati kita mengakui dan meyakini akan nikmat yang Allah berikan kepada kita, didalam surat An nahl ayat 53,
وَمَا بِكُمْ مِنْ نِعْمَةٍ فَمِنَ اللَّهِ
Allah SWT sudah menegaskan bahwa semua nikmat yang kita terima sejatinya adalah datangnya dari Allah SWT.
Kedua, lisan kita mengucapkan kalimat syukur, kalimat pujian kepada Allah SWT akan segala nikmat yang ada, Alhamdulillah.
Didalam surat Adh Dhuha ayat 11
وَأَمَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ
“Dan terhadap nikmat Tuhanmu maka hendaklah kamu menyebut-nyebutnya (dengan bersyukur)”.
Ayat ini cukup jelas menerangkan maka hendaklah nikmat yang Allah berikan ini kita akui dan kita sebut dengan mengucaokan kalimat syukur tentunya.
Dalam segala nikmat yang kita terima selalu kita lakukan pujian kepada Allah SWT, misalnya setelah makan, kita ucapkan alhamdulillah lalu berdoa, seperti:
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ أَكَلَ طَعَامًا فَقَالَ الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِى أَطْعَمَنِى هَذَا وَرَزَقَنِيهِ مِنْ غَيْرِ حَوْلٍ مِنِّى وَلاَ قُوَّةٍ . غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barang siapa yang makan makanan kemudian mengucapkan: “Alhamdulillaahilladzii ath’amanii haadzaa wa rozaqoniihi min ghairi haulin minnii wa laa quwwatin” (Segala puji bagi Allah yang telah memberiku makanan ini, dan memberi rezeki kepadaku tanpa daya serta kekuatan dariku), maka diampuni dosanya yang telah lalu.” (HR. Tirmidzi no. 3458. Tirmidzi berkata, hadits ini adalah hadits hasan gharib)
Dari Anas bin Malik, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ اللَّهَ لَيَرْضَى عَنِ الْعَبْدِ أَنْ يَأْكُلَ الأَكْلَةَ فَيَحْمَدَهُ عَلَيْهَا أَوْ يَشْرَبَ الشَّرْبَةَ فَيَحْمَدَهُ عَلَيْهَا
“Sesungguhnya Allah Ta’ala sangat suka kepada hamba-Nya yang mengucapkan tahmid (alhamdulillah) sesudah makan dan minum” (HR. Muslim no. 2734).
Bahkan ketika tertimpa musibah atau melihat sesuatu yang tidak menyenangkan, maka sebaiknya tetaplah kita memuji Allah.
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم – إِذَا رَأَى مَا يُحِبُّ
قَالَ « الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِى بِنِعْمَتِهِ تَتِمُّ الصَّالِحَاتُ ». وَإِذَا رَأَى مَا يَكْرَهُ قَالَ « الْحَمْدُ لِلَّهِ عَلَى كُلِّ حَالٍ ».
Dari Aisyah, kebiasaan Rasulullah jika menyaksikan hal-hal yang beliau sukai adalah mengucapkan “Alhamdulillah alladzi bi ni’matihi tatimmus shalihat”. Sedangkan jika beliau menyaksikan hal-hal yang tidak menyenangkan beliau mengucapkan “Alhamdulillah ‘ala kulli hal.” (HR Ibnu Majah no 3803).
Yang ketiga, menggunakan nikmat yang Allah SWT berikan untuk beramal sholih, meningkatkan ibadah kepadaNya.
Bukan malah menggunakannya untuk menentangNya atau bermaksiat kepadanya.
Naah kalau kita bisa melaksanakan ketiganya, fa insyaAllah kita bisa di kategorikan debagai hamba yang bersyukur.
Jokotole 08 Juni 2021 jam sembilan malam kurang dikit
No comments:
Post a Comment