Didalam setiap acara ngaji, kami sering diingatkan agar dijaga niat, agar selalu diniatkan karena Allah, agar amal ini tidak sia-sia.
Dan juga sering terdengar ditelinga kami, kalimat mulia Yarjuuna Rahmatahu Wa Yakhoofuuna Adzabahu, kalimat dalam bahasa Arab, yang maknanya adalah berharap akan rahmat Allah dan khawatir akan adzab dari Allah.
Saking seringnya kalimat itu terdengar ditelinga, terkadang kita merasa itu sebagai hal biasa dan tidak ingin menganalisa, merenungkan apa yang tersirat dari nasihat para guru, para muballigh dan para perantara agama yang lainnya.
Saya pribadi menganggap bahwa nasihat ini adalah nasihat yang sangat mulya, nasihat yang sangat agung penuh makna.
Guru kami jarang mendefinisikan apa yang dia ajarkan dengan definisi-definisi yang rumit, hampir ajaran agama yang diajarkan, disampaikan dengan istilah yang begitu membumi bahkan tidak nampak kearab-araban didalam nasihat-nasihat yang kami terima.
Ada istilah papan empan adepan, kepara ngalah, rebutan ngalah, arang wulune kucing dan masih banyak sekali istilah-istilah yang seperti njawani padahal penjelasan dari istilah yang singkat padat itu bisa panjang kalau kalau dijabarkan.
Kembali kepada ajakan yarjuuna rahmatahu wa yakhoofuuna adzabahu, kalau saya renungkan ternyata peringatan ketika setiap memulai acara dengan kata niat karena Allah, yarjuuna rahmatahu wa yakhoofuna adzabahu ini sangat tinggi dan luhur.
Dua sisi tercapai didalamnya, sisi kemanusiaan/ kemanungsan dan sisi ketuhanan atau sisi ke Tauhidan tercakup didalamnya.
Karena, kalau kita lihat pada keumuman manusia, keumuman kita ketika mengerjakan suatu pekerjaan pasti ada tujuan dan pengharapan disana.
Misal seseorang berangkat bekerja, tentu ada harapan disana yang ingin dia gapai dari pekerjaannya itu. Misal ingin mendapat bayaran dari hasil kerjanya sehingga bisa memenuhi kebutuhan dia baik yang primer maupun sekunder. Ini manusiawi, ini berlaku umum pada setiap kita.
Sedangkan didalam amal ibadah ada aturan yang ketat disana, kalau sampai seseorang mengharapkan sesuatu yang bersifat materi dari ibadah dia atau mengharapkan sesuatu dari selain Allah, hal ini tidak bisa di benarkan secara syariat dan merugikan yang bersangkutan disisi Allah kalau ditinjau dari dalil-dalil agama.
Oleh karena itu, didalam beramal yang secara naluri kita selalu punya pengharapan didalamnya, lalu diingatkan agar aman dari sudut Tauhidnya, terus kita diingatkan agar harapan yang ada dari amal itu dikembalikan kepada Allah SWT sebagai Dzat yang punya Rahmat bagi seluruh alam, yakni mengharap akan Rahmat Allah bukan mengharap dari selain Allah. Misal mengharap pujian dari manusia ataupun mengharap materi dari selain Allah.
Dan khowatir akan adzab Allah sebagai dzat yang mutlak kekuasaannya yang memberikan ancaman bagi hamba yang tidak beramal karenaNya.
Seorang mukmin yang kuat Tauhidnya meskipun masih terikat dengan hal-hal yang fana didunia ini namun selalu berharap kepada Allah SWT.
Dengan selalu mengharapkan Rohmat Allah SWT maka orang yang beriman tidak akan menggantungkan harapannya dari amalnya, baik amal yang besar maupun amal yang kecil.
Sangat bersukur sekali mendengar peringatan-peringatan dari para guru yang selalu mengingatkan akan niat, ketika setiap memulai acara.
Alhamdulillah Jazaahumullohukhoira kepada para guru, para masyayikh yang telah mengajarkan hal-hal luhur kepada kami dengan cara yang membumi.
Dengan cara yang mudah difahami.
Jokotole 06-06-2021
No comments:
Post a Comment