Wednesday, June 23, 2021

Mata Batin

Mata batin atau Bashirah

Mata atau penglihatan bukan hanya mata atau penglihatan secara lahiriyah tetapi ada mata atau penglihatan batiniyah, didalam pelajaran hati penglihatan batiniyah dinamakan bashirah.


kalau kita membaca surat albaqarah ayat 6 disana tertulis

خَتَمَ اللَّهُ عَلَىٰ قُلُوبِهِمْ وَعَلَىٰ سَمْعِهِمْ وَعَلَىٰ أَبْصَارِهِمْ غِشَاوَةٌ وَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ


Yang dimaksud Allah menutup hatinya orang kafir, menutup penglihatan orang kafir, menutup pendengaran orang kafir disini bukanlah lahiryah tetapi batiniyah mereka tertutup sehingga tidak bisa menerima kebenaran agama.


Didalam mengarungi kehidupan ini, ibarat kita berjalan didalam kegelapan, tidak tahu arah mana yang pasti, serba didalam ketidak pastian fikiran kita, maka agar kita bisa selamat mengarungi kehidupan yang gelap ini kita memerlukan bashirah memerlukan pendengaran batiniyah dan hati sanubari kita tentu harus bersih sehingga bashirah semakin terang.


Ulama menasihatkan, salah satu sebab tertutupnya bashirah kita adalah ketika kita lebih mengutamakan mengejar urusan dunia yang sejatinya seluruh makhluq sudah dicukupi dipenuhi sesuai takaran masing-masing dan melupakan urusan akhirat, meninggalkan yang wajib, kewajiban kita untuk menghamba mengabdi beribadah kepada yang Kuasa, Allah SWT.


InsyaAllah demikian yang dimaksud didalam nasihat 

اِجْتِهَادُكَ فِيمَا ضُمِنَ لَكَ، وَ تـَقْصِيْرُكَ فِيمَا طُلِبَ مِنْكَ، دَ لِيلٌ عَلَى انـــْطِمَاسِ الْــبَصِيْرةِ مِنْكَ


Ketika diri kita mempunyai kecenderungan untuk mengejar keduniawaian dan meninggalkan kewajiban kita sebagai hamba maka ketahuiilah bahwa sesungguhnya bashirah kita atau mata batin kita sedang redup atau bahkan tertutup,


Maka perbanyak taubat, perbanyak amal sholih, perbanyak melaksanakan ketaatan kepada Allah SWT 


يأيّها الذين آمنوا اتقوا الله و التنظر نفس ما قدمت لغد و اتقوا الله   

Surat Alhasyr.


Tuesday, June 8, 2021

Mengingat Nikmat dan Bersyukur


Ada pertanyaan iseng yang terlontar, bisakah kita menghitung nikmat Allah kepada kita?


Mendengar pertanyaan itu ya singkat saja saya jawab tidak akan pernah bisa.

Sebab Allah sebagai dzat yang memberi nikmat sudah menginformasikan kepada kita,


وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا إِنَّ اللَّهَ لَغَفُورٌ رَحِيمٌ


Didalam surat An Nahl ayat 18.

Ya sudah, Dia sudah menyatakan begitu saya sih percaya saja.

Toh kalau kita coba dengan segenap kemampuan kita tentu kita tidak akan bisa menghitung, coba nikmat yang kita terima dalam 10 menit tadi misalnya, nikmat darah mengalir, nikmat mata berkedip dan masih banyak sekali yang kita tidak mampu menyebut.


Tugas kita sebagai hamba bukan untuk menghitung nikmat-nikmat itu, tapi tugas kita adalah menyadari dan mensyukuri nikmat yang Allah berikan itu.


Pertama, Hati kita mengakui dan meyakini akan nikmat yang Allah berikan kepada kita,  didalam surat An nahl ayat 53,

وَمَا بِكُمْ مِنْ نِعْمَةٍ فَمِنَ اللَّهِ

Allah SWT sudah menegaskan bahwa semua nikmat yang kita terima sejatinya adalah datangnya dari Allah SWT.


Kedua, lisan kita mengucapkan kalimat syukur, kalimat pujian kepada Allah SWT akan segala nikmat yang ada, Alhamdulillah.

Didalam surat Adh Dhuha ayat 11

وَأَمَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ

“Dan terhadap nikmat Tuhanmu maka hendaklah kamu menyebut-nyebutnya (dengan bersyukur)”. 

Ayat ini cukup jelas menerangkan maka hendaklah nikmat yang Allah berikan ini kita akui dan kita sebut dengan mengucaokan kalimat syukur tentunya.

Dalam segala nikmat yang kita terima selalu kita lakukan pujian kepada Allah SWT, misalnya setelah makan, kita ucapkan alhamdulillah lalu berdoa, seperti:

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ أَكَلَ طَعَامًا فَقَالَ الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِى أَطْعَمَنِى هَذَا وَرَزَقَنِيهِ مِنْ غَيْرِ حَوْلٍ مِنِّى وَلاَ قُوَّةٍ . غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

“Barang siapa yang makan makanan kemudian mengucapkan: “Alhamdulillaahilladzii ath’amanii haadzaa wa rozaqoniihi min ghairi haulin minnii wa laa quwwatin” (Segala puji bagi Allah yang telah memberiku makanan ini, dan memberi rezeki kepadaku tanpa daya serta kekuatan dariku), maka diampuni dosanya yang telah lalu.” (HR. Tirmidzi no. 3458. Tirmidzi berkata, hadits ini adalah hadits hasan gharib)


Dari Anas bin Malik, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ اللَّهَ لَيَرْضَى عَنِ الْعَبْدِ أَنْ يَأْكُلَ الأَكْلَةَ فَيَحْمَدَهُ عَلَيْهَا أَوْ يَشْرَبَ الشَّرْبَةَ فَيَحْمَدَهُ عَلَيْهَا

“Sesungguhnya Allah Ta’ala sangat suka kepada hamba-Nya yang mengucapkan tahmid (alhamdulillah) sesudah makan dan minum” (HR. Muslim no. 2734).


Bahkan ketika tertimpa musibah atau melihat sesuatu yang tidak menyenangkan, maka sebaiknya tetaplah kita memuji Allah.

عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم – إِذَا رَأَى مَا يُحِبُّ

قَالَ « الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِى بِنِعْمَتِهِ تَتِمُّ الصَّالِحَاتُ ». وَإِذَا رَأَى مَا يَكْرَهُ قَالَ « الْحَمْدُ لِلَّهِ عَلَى كُلِّ حَالٍ ».


Dari Aisyah, kebiasaan Rasulullah jika menyaksikan hal-hal yang beliau sukai adalah mengucapkan “Alhamdulillah alladzi bi ni’matihi tatimmus shalihat”. Sedangkan jika beliau menyaksikan hal-hal yang tidak menyenangkan beliau mengucapkan “Alhamdulillah ‘ala kulli hal.” (HR Ibnu Majah no 3803).


Yang ketiga, menggunakan nikmat yang Allah SWT berikan untuk beramal sholih, meningkatkan ibadah kepadaNya.

Bukan malah menggunakannya untuk menentangNya atau bermaksiat kepadanya.


Naah kalau kita bisa melaksanakan ketiganya, fa insyaAllah kita bisa di kategorikan debagai hamba yang bersyukur.


Jokotole 08 Juni 2021 jam sembilan malam kurang dikit


Sunday, June 6, 2021

Berharap akan Rahmat Allah SWT

Didalam setiap acara ngaji, kami sering diingatkan agar dijaga niat, agar selalu diniatkan karena Allah, agar amal ini tidak sia-sia.

Dan juga sering terdengar ditelinga kami, kalimat mulia Yarjuuna Rahmatahu Wa Yakhoofuuna Adzabahu, kalimat dalam bahasa Arab, yang maknanya adalah berharap akan rahmat Allah dan khawatir akan adzab dari Allah.

Saking seringnya kalimat itu terdengar ditelinga, terkadang kita merasa itu sebagai hal biasa dan tidak ingin menganalisa, merenungkan apa yang tersirat dari nasihat para guru, para muballigh dan para perantara agama yang lainnya.

Saya pribadi menganggap bahwa nasihat ini adalah nasihat yang sangat mulya, nasihat yang sangat agung penuh makna.

Guru kami jarang mendefinisikan apa yang dia ajarkan dengan definisi-definisi yang rumit, hampir ajaran agama yang diajarkan, disampaikan dengan istilah yang begitu membumi bahkan tidak nampak kearab-araban didalam nasihat-nasihat yang kami terima.

Ada istilah papan empan adepan, kepara ngalah, rebutan ngalah, arang wulune kucing dan masih banyak sekali istilah-istilah yang seperti njawani padahal penjelasan dari istilah yang singkat padat itu bisa panjang kalau kalau dijabarkan.

Kembali kepada ajakan yarjuuna rahmatahu wa yakhoofuuna adzabahu, kalau saya renungkan ternyata peringatan ketika setiap memulai acara dengan kata niat karena Allah, yarjuuna rahmatahu wa yakhoofuna adzabahu ini sangat tinggi dan luhur.

Dua sisi tercapai didalamnya, sisi kemanusiaan/ kemanungsan dan sisi ketuhanan atau sisi ke Tauhidan tercakup didalamnya.

Karena, kalau kita lihat pada keumuman manusia, keumuman kita ketika mengerjakan suatu pekerjaan pasti ada tujuan dan pengharapan disana.

Misal seseorang berangkat bekerja, tentu ada harapan disana yang ingin dia gapai dari pekerjaannya itu. Misal ingin mendapat bayaran dari hasil kerjanya sehingga bisa memenuhi kebutuhan dia baik yang primer maupun sekunder. Ini manusiawi, ini berlaku umum pada setiap kita.

Sedangkan didalam amal ibadah ada aturan yang ketat disana, kalau sampai seseorang mengharapkan sesuatu yang bersifat materi dari ibadah dia atau mengharapkan sesuatu dari selain Allah, hal ini tidak bisa di benarkan secara syariat dan merugikan yang bersangkutan disisi Allah kalau ditinjau dari dalil-dalil agama.

Oleh karena itu, didalam beramal yang secara naluri kita selalu punya pengharapan didalamnya, lalu diingatkan agar aman dari sudut Tauhidnya, terus kita diingatkan agar harapan yang ada dari amal itu dikembalikan kepada Allah SWT sebagai Dzat yang punya Rahmat bagi seluruh alam, yakni mengharap akan Rahmat Allah bukan mengharap dari selain Allah. Misal mengharap pujian dari manusia ataupun mengharap materi dari selain Allah.

Dan khowatir akan adzab Allah sebagai dzat yang mutlak kekuasaannya yang memberikan ancaman bagi hamba yang tidak beramal karenaNya.

Seorang mukmin yang kuat Tauhidnya meskipun masih terikat dengan hal-hal yang fana didunia ini namun selalu berharap kepada Allah SWT.

Dengan selalu mengharapkan Rohmat Allah SWT maka orang yang beriman tidak akan menggantungkan harapannya dari amalnya, baik amal yang besar maupun amal yang kecil.

Sangat bersukur sekali mendengar peringatan-peringatan dari para guru yang selalu mengingatkan akan niat, ketika setiap memulai acara.

Alhamdulillah Jazaahumullohukhoira kepada para guru, para masyayikh yang telah mengajarkan hal-hal luhur kepada kami dengan cara yang membumi.

Dengan cara yang mudah difahami.


Jokotole 06-06-2021

Friday, June 4, 2021

Seperti yang telupakan

Ternyata sudah lama saya tidak membuat tulisan, padahal punya akun blog, meskipun gratisan, 

Setelah lama, setelah setahun lebih masa pandemi, masa wabah yang melanda dunia, yang mencekam dunia, tapi meskipun sebenarnya tidak terlalu berdampak bagi sebagian orang.

Sebagian orang merasa biasa, bahkan pernah saya di tegur seseorang yang melihat saya memakai masker, dia katakan " Mas, korona sudah ga ada, masih maskeran aja".

Ah malas meladeni debat kusir, saya hanya bergumam "Ya masing-masing sajalah, yang percaya dan hati-hati akan lebih baik, dan yang tidak percaya mudah-mudahan saja di beri kesehatan sehingga tidak menulari saya dan yang lainnya".

Sebagai pekerja, orang yang bekerja di perusahaan ya saya harus petuh aturan yang di gariskan, saya perlu suport untuk harian saya dan keluarga saya, makanya saya bekerja.

Karantina, bukan lagi nama yang asing ditelinga, karena hampir setiap dua bulan sekali saya dan teman-teman menjalani seminggu karantina sebelum berangkat ke lokasi kerja.

PCR test aaaah seperti sudah biasa hidung ini di tusuk dan di korek-korek secara periodik.

Vaksinasi, ya repot juga untuk melangkah, karena vaksinasi belom ada yang sekali tembak beres, ya karena jadwal kerja tidak memungkinkan untuk jadwal suntikan kedua bagi orang seperti saya.

Cuma tiga minggu di rumah, sedangkan periode kedua adalah setelah 28 hari suntikan pertama. Gak dapat, gak sesuai waktu hanya 21 hari dipotong perjalanan.

Seepertinya pelan tapi pasti memang kebiasaan hidup didunia ini berubah, masker adalah asesoris harian, hand sanitiser menjadi bawaan di tas atau dikantong baju.

Waspada bukan curiga kepada setiap orang asing ataupun orang yang dikenal tetapi dia baru datang dari perjalanan jauh.

Saling jaga jarak, jaga kebersihan dan kesehatan sudah semakin menjadi kesadaran masyarakat secara umum.

Sekolah jarak jauh, berat rasanya melepas anak ke sekolah meskipun disisi lain hawatir dengan pendidikan mereka yang sudah setahun lebih tidak masuk sekolah.

Ke masjid, ke tempat ngaji pun kewaspadaan di tingkatkan sedemikian rupa.

Enggan berjabat tangan seperti waktu itu, dulu itu setahun lebih yang lalu itu.



Mata Batin

Mata batin atau Bashirah Mata atau penglihatan bukan hanya mata atau penglihatan secara lahiriyah tetapi ada mata atau penglihatan batiniyah...