Wednesday, June 23, 2021

Mata Batin

Mata batin atau Bashirah

Mata atau penglihatan bukan hanya mata atau penglihatan secara lahiriyah tetapi ada mata atau penglihatan batiniyah, didalam pelajaran hati penglihatan batiniyah dinamakan bashirah.


kalau kita membaca surat albaqarah ayat 6 disana tertulis

خَتَمَ اللَّهُ عَلَىٰ قُلُوبِهِمْ وَعَلَىٰ سَمْعِهِمْ وَعَلَىٰ أَبْصَارِهِمْ غِشَاوَةٌ وَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ


Yang dimaksud Allah menutup hatinya orang kafir, menutup penglihatan orang kafir, menutup pendengaran orang kafir disini bukanlah lahiryah tetapi batiniyah mereka tertutup sehingga tidak bisa menerima kebenaran agama.


Didalam mengarungi kehidupan ini, ibarat kita berjalan didalam kegelapan, tidak tahu arah mana yang pasti, serba didalam ketidak pastian fikiran kita, maka agar kita bisa selamat mengarungi kehidupan yang gelap ini kita memerlukan bashirah memerlukan pendengaran batiniyah dan hati sanubari kita tentu harus bersih sehingga bashirah semakin terang.


Ulama menasihatkan, salah satu sebab tertutupnya bashirah kita adalah ketika kita lebih mengutamakan mengejar urusan dunia yang sejatinya seluruh makhluq sudah dicukupi dipenuhi sesuai takaran masing-masing dan melupakan urusan akhirat, meninggalkan yang wajib, kewajiban kita untuk menghamba mengabdi beribadah kepada yang Kuasa, Allah SWT.


InsyaAllah demikian yang dimaksud didalam nasihat 

اِجْتِهَادُكَ فِيمَا ضُمِنَ لَكَ، وَ تـَقْصِيْرُكَ فِيمَا طُلِبَ مِنْكَ، دَ لِيلٌ عَلَى انـــْطِمَاسِ الْــبَصِيْرةِ مِنْكَ


Ketika diri kita mempunyai kecenderungan untuk mengejar keduniawaian dan meninggalkan kewajiban kita sebagai hamba maka ketahuiilah bahwa sesungguhnya bashirah kita atau mata batin kita sedang redup atau bahkan tertutup,


Maka perbanyak taubat, perbanyak amal sholih, perbanyak melaksanakan ketaatan kepada Allah SWT 


يأيّها الذين آمنوا اتقوا الله و التنظر نفس ما قدمت لغد و اتقوا الله   

Surat Alhasyr.


Tuesday, June 8, 2021

Mengingat Nikmat dan Bersyukur


Ada pertanyaan iseng yang terlontar, bisakah kita menghitung nikmat Allah kepada kita?


Mendengar pertanyaan itu ya singkat saja saya jawab tidak akan pernah bisa.

Sebab Allah sebagai dzat yang memberi nikmat sudah menginformasikan kepada kita,


وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا إِنَّ اللَّهَ لَغَفُورٌ رَحِيمٌ


Didalam surat An Nahl ayat 18.

Ya sudah, Dia sudah menyatakan begitu saya sih percaya saja.

Toh kalau kita coba dengan segenap kemampuan kita tentu kita tidak akan bisa menghitung, coba nikmat yang kita terima dalam 10 menit tadi misalnya, nikmat darah mengalir, nikmat mata berkedip dan masih banyak sekali yang kita tidak mampu menyebut.


Tugas kita sebagai hamba bukan untuk menghitung nikmat-nikmat itu, tapi tugas kita adalah menyadari dan mensyukuri nikmat yang Allah berikan itu.


Pertama, Hati kita mengakui dan meyakini akan nikmat yang Allah berikan kepada kita,  didalam surat An nahl ayat 53,

وَمَا بِكُمْ مِنْ نِعْمَةٍ فَمِنَ اللَّهِ

Allah SWT sudah menegaskan bahwa semua nikmat yang kita terima sejatinya adalah datangnya dari Allah SWT.


Kedua, lisan kita mengucapkan kalimat syukur, kalimat pujian kepada Allah SWT akan segala nikmat yang ada, Alhamdulillah.

Didalam surat Adh Dhuha ayat 11

وَأَمَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ

“Dan terhadap nikmat Tuhanmu maka hendaklah kamu menyebut-nyebutnya (dengan bersyukur)”. 

Ayat ini cukup jelas menerangkan maka hendaklah nikmat yang Allah berikan ini kita akui dan kita sebut dengan mengucaokan kalimat syukur tentunya.

Dalam segala nikmat yang kita terima selalu kita lakukan pujian kepada Allah SWT, misalnya setelah makan, kita ucapkan alhamdulillah lalu berdoa, seperti:

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ أَكَلَ طَعَامًا فَقَالَ الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِى أَطْعَمَنِى هَذَا وَرَزَقَنِيهِ مِنْ غَيْرِ حَوْلٍ مِنِّى وَلاَ قُوَّةٍ . غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

“Barang siapa yang makan makanan kemudian mengucapkan: “Alhamdulillaahilladzii ath’amanii haadzaa wa rozaqoniihi min ghairi haulin minnii wa laa quwwatin” (Segala puji bagi Allah yang telah memberiku makanan ini, dan memberi rezeki kepadaku tanpa daya serta kekuatan dariku), maka diampuni dosanya yang telah lalu.” (HR. Tirmidzi no. 3458. Tirmidzi berkata, hadits ini adalah hadits hasan gharib)


Dari Anas bin Malik, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ اللَّهَ لَيَرْضَى عَنِ الْعَبْدِ أَنْ يَأْكُلَ الأَكْلَةَ فَيَحْمَدَهُ عَلَيْهَا أَوْ يَشْرَبَ الشَّرْبَةَ فَيَحْمَدَهُ عَلَيْهَا

“Sesungguhnya Allah Ta’ala sangat suka kepada hamba-Nya yang mengucapkan tahmid (alhamdulillah) sesudah makan dan minum” (HR. Muslim no. 2734).


Bahkan ketika tertimpa musibah atau melihat sesuatu yang tidak menyenangkan, maka sebaiknya tetaplah kita memuji Allah.

عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم – إِذَا رَأَى مَا يُحِبُّ

قَالَ « الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِى بِنِعْمَتِهِ تَتِمُّ الصَّالِحَاتُ ». وَإِذَا رَأَى مَا يَكْرَهُ قَالَ « الْحَمْدُ لِلَّهِ عَلَى كُلِّ حَالٍ ».


Dari Aisyah, kebiasaan Rasulullah jika menyaksikan hal-hal yang beliau sukai adalah mengucapkan “Alhamdulillah alladzi bi ni’matihi tatimmus shalihat”. Sedangkan jika beliau menyaksikan hal-hal yang tidak menyenangkan beliau mengucapkan “Alhamdulillah ‘ala kulli hal.” (HR Ibnu Majah no 3803).


Yang ketiga, menggunakan nikmat yang Allah SWT berikan untuk beramal sholih, meningkatkan ibadah kepadaNya.

Bukan malah menggunakannya untuk menentangNya atau bermaksiat kepadanya.


Naah kalau kita bisa melaksanakan ketiganya, fa insyaAllah kita bisa di kategorikan debagai hamba yang bersyukur.


Jokotole 08 Juni 2021 jam sembilan malam kurang dikit


Sunday, June 6, 2021

Berharap akan Rahmat Allah SWT

Didalam setiap acara ngaji, kami sering diingatkan agar dijaga niat, agar selalu diniatkan karena Allah, agar amal ini tidak sia-sia.

Dan juga sering terdengar ditelinga kami, kalimat mulia Yarjuuna Rahmatahu Wa Yakhoofuuna Adzabahu, kalimat dalam bahasa Arab, yang maknanya adalah berharap akan rahmat Allah dan khawatir akan adzab dari Allah.

Saking seringnya kalimat itu terdengar ditelinga, terkadang kita merasa itu sebagai hal biasa dan tidak ingin menganalisa, merenungkan apa yang tersirat dari nasihat para guru, para muballigh dan para perantara agama yang lainnya.

Saya pribadi menganggap bahwa nasihat ini adalah nasihat yang sangat mulya, nasihat yang sangat agung penuh makna.

Guru kami jarang mendefinisikan apa yang dia ajarkan dengan definisi-definisi yang rumit, hampir ajaran agama yang diajarkan, disampaikan dengan istilah yang begitu membumi bahkan tidak nampak kearab-araban didalam nasihat-nasihat yang kami terima.

Ada istilah papan empan adepan, kepara ngalah, rebutan ngalah, arang wulune kucing dan masih banyak sekali istilah-istilah yang seperti njawani padahal penjelasan dari istilah yang singkat padat itu bisa panjang kalau kalau dijabarkan.

Kembali kepada ajakan yarjuuna rahmatahu wa yakhoofuuna adzabahu, kalau saya renungkan ternyata peringatan ketika setiap memulai acara dengan kata niat karena Allah, yarjuuna rahmatahu wa yakhoofuna adzabahu ini sangat tinggi dan luhur.

Dua sisi tercapai didalamnya, sisi kemanusiaan/ kemanungsan dan sisi ketuhanan atau sisi ke Tauhidan tercakup didalamnya.

Karena, kalau kita lihat pada keumuman manusia, keumuman kita ketika mengerjakan suatu pekerjaan pasti ada tujuan dan pengharapan disana.

Misal seseorang berangkat bekerja, tentu ada harapan disana yang ingin dia gapai dari pekerjaannya itu. Misal ingin mendapat bayaran dari hasil kerjanya sehingga bisa memenuhi kebutuhan dia baik yang primer maupun sekunder. Ini manusiawi, ini berlaku umum pada setiap kita.

Sedangkan didalam amal ibadah ada aturan yang ketat disana, kalau sampai seseorang mengharapkan sesuatu yang bersifat materi dari ibadah dia atau mengharapkan sesuatu dari selain Allah, hal ini tidak bisa di benarkan secara syariat dan merugikan yang bersangkutan disisi Allah kalau ditinjau dari dalil-dalil agama.

Oleh karena itu, didalam beramal yang secara naluri kita selalu punya pengharapan didalamnya, lalu diingatkan agar aman dari sudut Tauhidnya, terus kita diingatkan agar harapan yang ada dari amal itu dikembalikan kepada Allah SWT sebagai Dzat yang punya Rahmat bagi seluruh alam, yakni mengharap akan Rahmat Allah bukan mengharap dari selain Allah. Misal mengharap pujian dari manusia ataupun mengharap materi dari selain Allah.

Dan khowatir akan adzab Allah sebagai dzat yang mutlak kekuasaannya yang memberikan ancaman bagi hamba yang tidak beramal karenaNya.

Seorang mukmin yang kuat Tauhidnya meskipun masih terikat dengan hal-hal yang fana didunia ini namun selalu berharap kepada Allah SWT.

Dengan selalu mengharapkan Rohmat Allah SWT maka orang yang beriman tidak akan menggantungkan harapannya dari amalnya, baik amal yang besar maupun amal yang kecil.

Sangat bersukur sekali mendengar peringatan-peringatan dari para guru yang selalu mengingatkan akan niat, ketika setiap memulai acara.

Alhamdulillah Jazaahumullohukhoira kepada para guru, para masyayikh yang telah mengajarkan hal-hal luhur kepada kami dengan cara yang membumi.

Dengan cara yang mudah difahami.


Jokotole 06-06-2021

Friday, June 4, 2021

Seperti yang telupakan

Ternyata sudah lama saya tidak membuat tulisan, padahal punya akun blog, meskipun gratisan, 

Setelah lama, setelah setahun lebih masa pandemi, masa wabah yang melanda dunia, yang mencekam dunia, tapi meskipun sebenarnya tidak terlalu berdampak bagi sebagian orang.

Sebagian orang merasa biasa, bahkan pernah saya di tegur seseorang yang melihat saya memakai masker, dia katakan " Mas, korona sudah ga ada, masih maskeran aja".

Ah malas meladeni debat kusir, saya hanya bergumam "Ya masing-masing sajalah, yang percaya dan hati-hati akan lebih baik, dan yang tidak percaya mudah-mudahan saja di beri kesehatan sehingga tidak menulari saya dan yang lainnya".

Sebagai pekerja, orang yang bekerja di perusahaan ya saya harus petuh aturan yang di gariskan, saya perlu suport untuk harian saya dan keluarga saya, makanya saya bekerja.

Karantina, bukan lagi nama yang asing ditelinga, karena hampir setiap dua bulan sekali saya dan teman-teman menjalani seminggu karantina sebelum berangkat ke lokasi kerja.

PCR test aaaah seperti sudah biasa hidung ini di tusuk dan di korek-korek secara periodik.

Vaksinasi, ya repot juga untuk melangkah, karena vaksinasi belom ada yang sekali tembak beres, ya karena jadwal kerja tidak memungkinkan untuk jadwal suntikan kedua bagi orang seperti saya.

Cuma tiga minggu di rumah, sedangkan periode kedua adalah setelah 28 hari suntikan pertama. Gak dapat, gak sesuai waktu hanya 21 hari dipotong perjalanan.

Seepertinya pelan tapi pasti memang kebiasaan hidup didunia ini berubah, masker adalah asesoris harian, hand sanitiser menjadi bawaan di tas atau dikantong baju.

Waspada bukan curiga kepada setiap orang asing ataupun orang yang dikenal tetapi dia baru datang dari perjalanan jauh.

Saling jaga jarak, jaga kebersihan dan kesehatan sudah semakin menjadi kesadaran masyarakat secara umum.

Sekolah jarak jauh, berat rasanya melepas anak ke sekolah meskipun disisi lain hawatir dengan pendidikan mereka yang sudah setahun lebih tidak masuk sekolah.

Ke masjid, ke tempat ngaji pun kewaspadaan di tingkatkan sedemikian rupa.

Enggan berjabat tangan seperti waktu itu, dulu itu setahun lebih yang lalu itu.



Sunday, August 23, 2020

Wahyu Pertama

Inspirasi Cerita dari Hadits Bukhori nomor 3.


Ketika Rasuulullah SAW berusia 4O tahun datang kepada beliau tanda-tanda kenabian dari Allah SWT. 


Diawali dengan mimpi yang benar, mimpi yang nyata, menjadi kenyataan.

Seiring dengan sering datangnya mimpi yang didalam agama di sebut dengan Arru’yah Ashshoodiqoh, mendorong beliau untuk lebih taqarrub kepada Allah SWT, lebih sering menjauhi keramaian, lebih sering beribadah siang malam kepada Allah disuatu tempat yang jauh dari keramaian, tempat yang sunyi, gua Hira. Beliau menyendiri di sana beribadah untuk periode beberapa malam dengan membawa perbekalan dari rumah. 


Ketika perbekalan habis beliau kembali kerumah untuk mengambil bekal dan selanjutnya kembali beribadah dalam kesunyian di gua Hira.


Sehingga ketika bulan Ramadhan, yang mashur, ketika tanggal 17 Ramadhan malaikat jibril mendatangi beliau.


Sebenarnya sebagai manusia biasa beliau terkagetkan akan peristiwa yang tidak biasa itu, sehingga membuat beliau merasa kedinginan dan menggigil.


Malaikat pun mendatangi Rasulullah SAW dan memintanya membaca, “Bacalah.” 

Rasulullah menjawab, “Aku tak dapat membaca.” 


Rasulullah SAW bercerita, “Malaikat pun memegang, memeluk, lalu melepaskanku, dan memintaku membaca kembali, “Bacalah.” 

“Aku tak dapat membaca,” jawab Rasulullah SAW. 


“Malaikat pun memegang, memeluk, lalu melepaskanku, dan memintaku membaca kembali untuk yang kedua kali, “Bacalah.” 

“Aku tak dapat membaca,” jawab Rasulullah SAW. 


“Malaikat pun kembali memegang, memeluk, lalu melepaskanku, dan memintaku membaca kembali untuk yang ketiga kali, “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, Tuhanmu itu Maha Mulya (QS Al-‘Alaq; 1-3).”


إقرأ باسم ربك الذي خاق # خلق الإنسان من علق # إقرأ وربك الأكرم


Rasulullah saw. kembali kerumah, kepada ibu khadijah isteri beliau, Beliau meminta diselimuti, “Selimuti aku, selimuti aku.” 


Rasulullah SAW pun diselimuti hingga rasa takutnya hilang. 


Beliau menceritakan kepada ibu Khadijah mengenai kejadian di gua Hira itu, 


“Khadijah, aku takut terhadap diriku.” 


“Tidak apa-apa suamiku, Demi Allah, Allah tak akan menghinakanmu selamanya. Engkau itu pribadi yang suka silaturrahim, menanggung orang yang punya kesulitan, membuat orang fakir memiliki profesi, melayani tamu, dan membantu dalam kebaikan”.  

Demikian nasihat ibu khadijah kepada Rasuulullah SAW.


Setelah beberapa saat berikutnya ibu Khadijah pergi bersama Nabi SAW menemui Waraqah bin Naufal bin Asad bin Abdil‘uzza, sepupuh ibu Khadijah, yang beragama Nasrani pada masa Jahiliyah. 


Ia pandai menulis buku berbahasa Ibrani. Ia juga menulis kitab Injil dalam bahasa Ibrani dengan izin Allah. 


Saat (dikunjungi) itu ia sudah tua renta dan buta. 


“Sepupuku, coba dengarkan cerita ponakanmu ini,” kata ibu Khadijah kepada Waraqah mengenai Rasulullah SAW.


Waraqah bertanya pada Rasulullah SAW, “Ponakanku, apa yang kamu alami?” 


Rasulullah SAW pun menjelaskan kejadian saat di gua Hira. 


“Ini adalah Namus yang Allah turunkan pada Nabi Musa. Seandainya saja aku masih muda dan masih hidup saat kaummu mengusirmu,” jelas Waraqah pada Rasulullah SAW.


“Apakah aku akan diusir oleh mereka?” tanya Nabi SAW kepada Waraqah. “Iya, karena tidak ada satu orang pun yang datang dengan membawa seperti apa yang kamu bawa ini kecuali akan disakiti. Seandainya aku ada saat kejadian itu, pasti aku akan menolongmu semampuku”. 


Waraqah tidak mengalami peristiwa yang diyakininya tersebut karena lebih dahulu meninggal dunia pada masa fatrah/kekosongan wahyu.


Pada kali berikutnya ketika Nabi Muhammad Saw dalam perjalanan kembali dari Gua Hira, wahyu yang kedua datang. 

Saat itu ketika sedang berjalan beliau mendengar suara dari langit, beliau lalu memandang ke arahnya dan ternyata Malaikat yang pernah datang kepadanya di gua Hiro, duduk di atas kursi antara langit dan bumi.


Karena ketakutan, akhirnya Rasul SAW pun bergegas pulang, dan berkata kepada Khadijah,”Selimuti aku. Selimuti aku”.


Maka Allah Swt menurunkan wahyu, “Wahai orang yang berselimut, sampai firman Allah, dan berhala-berhala tinggalkanlah.” 


يايها المدثر قم فأنذ وربك فكبر و ثيابك فطهر والرجز فاهجر


Sejak saat itu wahyu terus turun berkesinambungan.

Wednesday, August 5, 2020

Terbang ke Banyuwangi 050820

Hari ini, pagi ini terlalu pagi saya tiba di bandara Internasional Cengkareng.
02:30 sudah tiba, padahal pesawat take off jam 11:30.
Ada yang lucu,ada yang kurang lucu.
Travel yang di booking berfikir lebih baik ada spare waktu dari pada terlalu mepet.
Saya percaya,sebab saya berfikir zaman covid19, tentu akan panjang prosedur yang harus di jalani.

Jam 21:45 tanggal 4 Agustus saya dijemput dari Garut.
Saya percaya sebab memang hitungan Garut Cengkareng itu kurang lebih 5 sd 6 jam perjalanan, ditmbah dengan keraguan kelancaran proses check in di masabpandemi saat ini.

Hari Kamis sebelumnya saya sudah menjalani rapid test, mumpung lagi medical check up oleh perusahaan. Apalagi rapid test balid sd 14 hari. Dan saya sudah mempunyai surat rapid test, yang menyatakan bahwa saya non reaktif covid19.

Jalan tol cileunyi tepat di rest area kami janjian dengan tekan yang lain.
Janjian jam 01:00 pagi.
Tetapi rupanya sebelum jam 12 malam kami sudah disana, kami, saya yg dari Garut beserta supir travel. Satu jam lebih terlalu cepat dari waktu yang sudah di janjikan.

Ya akhirnya jam 12 malam mobil meluncur ke Bandara, dan tepat pukul 02:39 kami tiba di terminal 3 gate 3.

Segera masuk dan segera revalidasi surat keterangan non reaktif covid dari klinik.
Isi data eHAC di aplikasi tilpon genggam.
Segera check in agar lebih mudah kedepannya.

Setelah check in segera memasuki ruang tunggu dan standby di pintu 12.

Ya masih sembilan jam lagi kami harus menjnggu disini, di ruang ini.

Lucu ya tapi tidak lucu.
Ada partner yang setengah gondok, saya pun setengah-setengah. 

Cengkareng 050820


Wednesday, March 25, 2020

Menembus Wabah Corona

Seperti biasa di hari-hari tertentu kami melaksanakan kegiatan ta'lim, tetapi mengingat adanya wabah corona, kami harus menaati peraturan pemerintah mengenai social distancing.

Senin sore saya mendapat WA dari teman bahwa ada pertemuan terbatas yang akan dilaksanakan di masjid Baitul Makmur sore hari selasa, ok jam 14:30 kita akan berangkat.

Selang beberapa waktu kemudian afa email dari perusahaan, agar berangkat ke Banyuwangi dengan menggunakan pesawat citilink pagi hari
Karena jarak dan waktu tempuh yang jauh dari, maka saya harus berangkat lebih awal. 
Saya WA teman saya bahwa saya tidak bisa hadir di acara terbatas tersebut di karenakan harus berangkat ke Jakarta.

Selasa setelah dzuhur, kurang lebih jam 13:30 saya berangkat ke Jakarta lewat Bandung menggunakan bus primajasa bandara.

Sepanjang perjalanan menuju Bandung, dengan berdesakan dengan penumpang lainnya, kecemasan akan virus tidak begitu terasa, meskipun tetap aja kekhawatiran itu ada. Kekhawatiran agaknberkurang karena sampai saat itu belum ada laporan covid-19 di daerah tempat tinggal saya.
Pesan dari istri dan anak, kenakan masker pakai sanitizer dll terus terkirim ada di WA.
Ya masker selalu menempel di mulut dan hidung.

Sampai di pool bus primajasa, di meja pembelian tiket ada hand sanitizer, ok langsung saya manfaatkan untuk membersihkan, 115 ribu ongkos bus.

Ini bus terakhir pa, dan akan berangkat pukul 17:00 baru adalagi nanti pukul 23:00.

Lo ini baru jam empat, biasanya setiap setengah jam.

Iya pa, ada pengurangan armada sejak wabah corona.

Ok saya bisa faham, dan harus menunggu agak lama deh dan kecemasan mulai semakin terasa.

Bus lengang, hanya sekitar tiga belas orang penumpang yang sebagian besar tujuan luar jawa, 5 orang berseragam TNI duduk dideretan depan.

Pukul 20 an saya tiba di Bandara dan harus menginap di Bandara International Hotel semalam untuk selanjutnya melanjutkan penerbangan ke Banyuwangi jam enam pagi.

Memasuki kota Jakarta, kecemasan semakin tinggi, coba menghibur diri dengan macam-macam alasan agar tenang dihati.

Checkin, sebelum memasuki loby kepala saya di tembak pakai gun oleh security, 35 derajat pa, bagus, dan segera memasuki lobby lewat metal detector.

Kamar 3207, 
segera lepas baju celana, masalah kecemasan timbul, di taruh mana ini, kalau nanti harus ganti baju celana baru waktu menuju Banyuwangi akan dibungkus apa baju bekas, celana bekas, bawa cuma satu tas.

Dimasukin tas baju celana yang bersih takut terkontaminasi, di tenteng ga ada tas lagi, akhirnya bingung sendiri.
Ok style yakin malam itu tidur ga pakai baju, hanya berselimut yang tersedia di kamar hotel.

Mata Batin

Mata batin atau Bashirah Mata atau penglihatan bukan hanya mata atau penglihatan secara lahiriyah tetapi ada mata atau penglihatan batiniyah...